Drama
Pengertian
Drama serta Definisi Drama Menurut Para Ahli
Kata
drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Adapun istilah lain
drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot
dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang
menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir
dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi.
Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga
mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Arti
pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang
terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan
ketegangan pada para pendengar. Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup
yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Arti ketiga, drama
adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Pengertian
Drama Menurut Para Ahli
§
Moulton, Drama adalah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak
(disajikan langsung dalam tindakan).
§
Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam
dan sifat manusia dalam gerakan.
§
Ferdinand Brunetierre, Menurut drama harus melahirkan keinginan
oleh aksi atau gerakan.
§
Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan
penampilan fisik secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di
sana.
§
Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang
menggambarkan kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang
dipentaskan.
§
Seni Handayani, Drama adalah bentuk komposisi berdasarkan dua
cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi
dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
§
Wildan, Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni,
sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan
drama dipentaskan.
§
Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui
kata-kata dan gerakan.
§
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan
kehendak dengan action.
§
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan
sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Drama
adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext
atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh;
Chaterina
( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Raina ! ( ia mengucapkan Raina,
dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat tidur, berharap
menemukan Raina disitu ) Mengapa, di mana….! ( Raina menoleh kedalam ruangan).
Fase-fase
dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara dan pemain. Ini
memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan panggung.
George Bernard Shaw ( 1856 – 1950 ), pelopor realisme dalam sejarah drama
Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada nebentext-nya yang
ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin interprestasi
lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki. Tidak adanya
narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan menghubunkan
diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik,
menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata.
Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh
yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama mentepati
posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika balada
bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita yang
dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi
yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang dilakukan Rendra, aktor
baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari kata
dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir
semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan
pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada
umumnya, dapat dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup.
Unsur dasar drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur
utama pengalaman manusia.
Dalam
kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan
berbagai kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama,
penulis lakon mampu mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang
bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan nyata yang disajikan dalam
bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi
tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis
lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan
action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang
terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama
bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan action,
emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu.
Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum
memanggugkan drama itu.
Unsur
– unsur Drama
Unsur-unsur
dalam drama meliputi :
1) Tema
: gagasan/ide/dasar cerita.
2)
Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian,
penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus,
alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
3)
Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh
dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh
dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh
dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan
(sampingan).
4)
Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian
ketikatokoh mengalami peristiwa
Latar
terbagi dalam :
latar
sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
latar
fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal,
rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5)
Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang
melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
Hal
mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah
pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat
(bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam
bentuk drama pementasan.
Jenis
/ Klasifikasi Drama
Drama,
menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu drama baru ( modern ) dan
drama lama ( klasik ). Dibawah ini penjelasannya :
1.
Drama Baru ( Modern ) adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertemakan kehidupan manusia
sehari-hari.
2.
Drama Lama ( Klasik ) adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentag
kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian tak
masuk akal, dll
Selain
jenis-jenis diatas, drama juga memiliki jenis-jenis yang berdasarkan isi
kandungan cerita dalam drama tersebut, diantaranya :
§
Drama komedi, drama yang lucu dan menggelitik
penuh keceriaan
§
Drama tragedi, drama yang ceritanya sedih dan
penuh kemalangan
§
Drama komedi-tragedi, drama yang ada sedih dan
juga ada lucunya
§
Opera, drama yang mengandung music dan
nyanyian
§
Lelucon / Dagelan, drama yang lakonnya selalu
bertingkah pola jenaka
§
Operet / Operette, drama seperti opera tetapi
ceritanya lebih pendek
§
Pantomim, drama yang ditampilkan dalam bentuk
gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan
§
Tablau, drama yang mirip pantomim yang
dibarengi oleh gerak-gerik aggota tubuh dan mimik wajah pelakunya
§
Passie, drama yang mengandung unsur agama /
religious
§
Wayang, drama yang pemainnya berupa boneka.
Ciri-Ciri
Drama
Sebuah
drama memiliki ciri khas yang menjadikannya itu unik dan berbeda dengan yang
lain. Ciri-ciri yang biasa dimiliki drama, diantaranya :
§
Pasti ada konflik
§
Pasti ada aksi
§
Harus diperankan
§
Waktunya maksimal 3 jam Tidak ada pengulangan
Struktur
Drama
Seorang
Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis Poetics.
Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari
tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari
strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.
Strukturdramatik
:
§
Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama
yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil
akhir : Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
§
Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan
antar tokoh. Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis.
Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
§
Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya
konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua
kekuatan yang berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya memenangkan
pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
§
Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga
korban dari kubu Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan
menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
§
Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari
kubu protagonis atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan
kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada
tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang
berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.
Berikut
contoh penggunaan struktur drama dalam Drama Romeo Juliet.
Pada
awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang diperlukan
tentang peristiwa sebelumnya, situasi sekarang atau tokoh-tokohnya. Dalam
kebanyakan lakon, sudah sejak awal pengarang memberi tekanan kepada satu
pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and Juliet, Shakespeare
telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan Baltazar dan
Abraham, satu penjelasan yang memberi ‘Leitmotive’ kepada tema, konplik dan
rekonsiliasinya.
§
Gregory : Anda berkelahi, ya ?
§
Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!
§
Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik
anda
§
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
§
Sampson : Baiklah
§
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar
panggung) Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
§
Sampson : Ya, lebih baik.
§
Abraham : Bohong!
§
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kamu lelaki. Gregory, ingat
hantamanmu. ( mereka berkelahi ).
Dialog
diatas menciptakan suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat tapi lengkap
tenatang konplik antara keluarga Montague versus keluarga Capulet yang akan
menimbulkan bencana itu.
Terkadang
juga ada eksposisi tentang tokoh-tokoh. Sebuah film berjudul Jango versus
Santana dapat dijadikan contoh. Film itu dimulai dengan sebuah pemandangan.
Sebidang tanah tandus dengan pohon-pohon kaktus tumbuh disana-sini. Sementara
fokus kamera bergerak kearah kanan, seorang lelaki dengan baju kotor dan basah
kuyup tampak berlutut didepan sebuah makam. Lelaki itu berdiri dan kamera
mengambil gambarnya dalam teknik medium. Posisi enface memberikan gambaran
jelas tokot itu. Ia tak mengalami kemalangan, tapi ia menghadapinya dengan
tegar. Pelukisan singkat tapi hampir lengkap dari tokoh tersebut memberi titik
awal yang jelas untuk memulai film itu.
Dalam
eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden yang
merangsang maka action mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar mulai
jelas menyatukan kejadian – kejadian dalam lakon itu. Insiden yang merangsang
dalam Romeo and Juliet tampak ketika Tybalt mengenali Romeo dan ingin menantang
berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi ketika inang memberi tahu Juliet
bahwa Romeo adalah anggota keluarga Montague. Unsur statis dalam eksposisi itu
mulai bergerak dan konflik sehari-hari antara Sampson versus Abraham makin lama
makin menjadi makin serius. ( Babak I ) timbul serentetan konflik ketika Romeo
membocorkan rahasianya kepada teman-temannya, memanjat tembok kebun keluarga
Capulet, dan menunggu Juliet muncul dijendelanya waktu gadis itu muncul,
keduanya saling mengungkapkan cinta dan memutuskan untuk kawin lari ( Babak
II). Makin lama lakon itu makin tegang sampai pendeta sampai pendeta Laurence
berharap, setelah menyeleggarakan upacara pernikahan, pertikaian antara
keluarga itu akan berakhir dan Romeo berpendapat begitu. Kisah cinta sederhana
antara pemuda dan pemudi itu sekarang berkembang menjadi idealisme yang
melibatkan masalah besar yang dihadapi kedua orang tua itu. Tidak diragukan
bahwa konflikasi tersebut menuju suatu krisi, satu titik balik ketika informasi
yang sebelumnya dirahasiakan sedikit sebagian terungkap dan masalah dramatik
itu bisa dijawab.
Meskipun
Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang pada ayahnya. Oleh
karenanya itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk menikahkan Juliet
dengan Paris. Karena pernikahan akan berlangsung pada hari kamis, pendeta
Laurence mengusulkan agar pada hari rabu Juliet harus menelan ramuan yang akan
membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan pesan pada Romeo
untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet, karena ia merasa yakin
gadis itu akan dimakamkan disana. Capulet, karena ditentang oleh putrinya,
memutuskan untuk mengajukan pernikahan itu sehari. Rencana itu membuat Juliet
harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya tidak terhalang, ia menyuruh
inang keluar dan tanpa pikir panjang langsung mereguk racun tadi. Paginya inang
menemukan Juliet sudah tak bernyawa. Laurence dan Paris tiba; tapi upacara
pernikahan harus diubah menjadi upacara pemakaman ( Babak IV ).
Bagian
terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari krisis sampai
tirai ditutup untuk terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan berbagai alur
action dan membawa situasinya ke suatu keseimbangan baru, dengan demikian
hasilnya bisa jadi memuaskan, tapi mungkin juga mengecewakan harapan penonton.
Karena
tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di Mantua sebelum
pendeta tiba dan memberi tahukan tentang kematian Juliet. Mendengar itu Romeo
membeli racun untuk bunuh diri dimakam Juliet. Setelah membunuh Paris, Romeo
mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan Romeo yang sudah mati dan
bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di atas dua kekasih yang
sudah mati ( Babak V )
Sejarah
Drama
Kebanyakan
dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah
buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan
pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari
Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion
Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama
atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada
petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.
Ada
tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama
mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk
minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para
pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang – kadang
meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan
tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak
mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori
kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam
seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan
perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang
diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi
memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara
lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.
Teori
ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita.
Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali
kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan
yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak
seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya
membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni
pertunjukan.
contoh
drama komeddi
Judul :
Wajah hantu
Pemeran :
Tika, Adit, Mia
Sinopsis
drama : Malam itu, seluruh desa gelap gulita akibat
pemadaman listrik. Tika, Mia, dan Adit pun bermain-main di teras rumah Mia
dengan penerangan cahaya bulan yang saat itu memang sedang purnama. Adit yang
memang jahil berniat untuk menakut-nakuti Tika dan Mia.
Dialog :
Adit : Tika,
Mia. Apa kalian tahu kalau rumah Mia ini ada hantunya?
Mia : Hei,
jangan asal bicara kamu, ya Dit. Rumahku ini gak ada hantunya. Kamu itu
hantunya. Hantu usil.
Tika : Iya,
nih. Rumah Mia bagus begini malah kamu bilang ada hantunya.
Adit : Kalau
gak percaya, coba kalian duduk di ruang tamu menghadap ke jendela. Kalian bisa
melihat hantunya lewat jendela.
Tika : Halah,
kamu kan usil. Palingan kamu mau bohongin kita.
Mia : Iya,
nih.
Adit : Bilang
saja kalian penakut.
Mia : Enak
saja. Kami bukan penakut dan rumahku gak ada hantunya. Ayo Tika, kita buktikan
sama Adit kalau omongannya gak benar. (Mia menarik tangan Tika dan duduk di
dalam ruang tamu)
Adit
pun mengeluarkan senter kecil dari dalam sakunya dan mengendap-endap berjalan
ke jendela depan di teras. Ia berniat menakut-nakuti Mia dan Tika dengan
membuat wajahnya seperti hantu dari luar jendela. Ia pun mengarahkan senter ke
wajahnya dan menempelkan wajahnya ke jendela.
Adit : Aargh…
(Adit menjerit)
Tika
dan Mia pun segera keluar melihat keadaan Adit. Mereka heran melihat Adit duduk
tersungkur dengan wajah ketakutan.
Tika : Kamu
kenapa, Dit? Beneran ada hantu, ya? (suara Tika terdengar cemas)
Mia
melihat senter kecil di tangan Adit dan ia pun segera mengetahui apa yang
terjadi.
Mia : Hahaha…
Tuh, kan bener. Kamu hantunya!
Tika
masih belum mengerti.
Mia : Dia
ini mau menakut-nakuti kita, Tik. Tuh lihat senter itu. Dia mau pura-pura jadi
hantu dengan mengarahkan senter ke wajahnya dan menakut-nakuti kita dari luar
jendela. Itu sebabnya dia bilang kita harus lihat ke arah jendela, supaya kita
ketakutan melihat wajah hantunya. Tapi rupanya malah dia sendiri yang kaget
ketakutan melihat bayangannnya di jendela. Hahaha.. (Mia tertawa
terbahak-bahak)
Tika
pun ikut tertawa keras. Adit merasa sangat malu sehingga ia langsung pulang
tanpa mengatakan apapun.
Demikianlah
contoh teks naskah drama lucu dalam bahasa Indonesia.
0 Comments: